Senin, 01 Juni 2015

sasatra angakatan 50 dan angkatan 66


GENERASI KISAH DAN MANIFES KEBUDAYAAN, DEKADE 50-AN DAN ANGKATAN ‘66


Dosen Pengantar: Muhibul Fahmi. S,Pd., M,Pd
Mata Kuliah: Sejarah Sastra Indonesia

Tugas Perbaikan
Nama : Dila Putri Indrias Sari
Kelas : A-B
NPM : 14020211013
Prodi : Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (YPM) BANGKO KABUPATEN MERANGIN
TAHUN 2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terimah kasih dosen pembimbing, yang telah memberikan kami kepercayaan untuk menyelesaikan makalah tentang  “ generasi kisah dan manifest kebudayaan, decade 50-an dan angkatan 66”. Semoga makalah yang kami buat dapat memenuhi tugas yang diberikan kepada kami.
Sebagai manusia yang masi banyak kekurangan terutama ilmu pengetahuan dan pengalaman, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar ke depannya kami dapat membuat makalah yang lebih baik. Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

  


DAFTAR ISI
1.      Pendahuluan
A.    Latar Belakang…………………………………………………………..1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………….2
C.     Tujuan…………………………………………………………………...2

2.      Pembahasan
A.    Generasi Kisah………………………………………………………….3
B.     Ciri-Ciri Angkatan 50an………………………………………………..5
C.     Tujuan Generasi Kisah…………………………………………………6
D.    Contoh Sastra Angkatan 50-an…………………………………………7
E.     Sastrawan-sastrawan angkatan/dekade 50-an…………………………..9
F.      Sastra Priode ‘66/Manifes Kebudayaan………………………………13
G.    Ciri-Ciri Angkatat 66…………………………………………………..14
H.    Para Pengarang Dan Penyair Angkatan ’66…………………………..14
I.       Naskah Manifes Kebudayaan…………………………………………16
3.      Kumpulan Pertanyaan…………………………………………………...17
4.      Kesimpulan dan Saran……………………………………………………18
5.      Daftar pustaka…………………………………………………………….19



1.      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Majunya peradaban suatu bangsa dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah adanya budaya berupa karya sastra, dalam perkembangan sejarah sering digunakanya karya sastra sebagai tolok ukur majunya peradaban suatu bangsa, apabila suatu bangsa memiliki karya sastra yang indah serta adiluhung, niscaya keberadaan bangsa tersebut akan lebih diakui dan dihargai sebagai bangsa yang berwibawa, berkepribadian, dan berbudaya.
Karya sastra berkembang sesuai dengan keadaan zaman, maka dari itulah lahir beberapa angakatan sastrawan yang sesuai pada masanya, karya sastra yang dilahirkan dapat berisi tentang keadaan sosial, kritik sosial, protes sosial, atau sebagai sarana sosialisasi dan komunikasi yang efektif, agar masyarakat dapat menangkap makna dibalik karya sastra tersebut, yang sejatinya merupakan harapan para sastrawan dalam menciptakan karya sastra tersebut.
Sebagai generasi penerus kita wajib mengetahui,mempelajari dan selanjutnya melestarikan keberadaan karya sastra tersebut, bahkan menjadikanya sebagai inspirasi dan penyemangan bagi kita untuk selalu berkarya dalam rangka memberikan konstribusi bagi kemajuan bangsa dan Negara.
Sastra dekade 50-an Memantulkan kehidupan masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-awal masa kemerdekaan. Disebut juga Generasi Kisah (nama majalah sastra). Di masa ini sastra Indonesia sedang mengalami booming cerpen. Juga marak karya-karya teater dengan tokohnya Motenggo Boesye, Muhammad Ali Maricar, W.S. Rendra (sekarang Rendra saja).Mulai tumbuh sarasehan-sarasehan sastra terutama di kampus-kampus.
Dan sastra angkatan ’66 Menegakkan keadilan dan kebenaran bnerdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme dan kediktatoran,  bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dasn PKI. Sastra Angkatan ’66 berobsesi menjadi Pancasilais sejati. Yang paling terkenal adalah “Tirani” dan “Benteng” antologi puisi Taufiq Ismail. Hampir seluruh tokohnya adalah pendukung utama Manifes Kebudayaan  yamng sempat berseteru dengan LEKRA.


                                             
B.  Rumusan Masalah
1. Apa yang d maksut generasi kisah?
2.  Apa saja nama aktivis generasi kisah/dekade 50-an?
3. Apa yang di maksut sastra priode ’66?
3. Siapa saja tokoh sastra angkatan 66?

C. Tujuan
1. untuk mengetahui generasi kisah dan manifes kebudayaan.
2. untuk mengetahui tokoh dan karya dekade 50-an dan angkatan ’66.
3. untuk mengetahui ciri angkatan 50-an dan angkatan ’66.
  

2.      PEMBAHASAN
A.    Generasi Kisah
Penyebutan “generasi kisah” bertolak dari kondisi menyuburnya penciptaan cerita pendek, dan pada waktu itu majalah yang khusus/ memberi peluang sangat luas memuat cerita pendek ialah majalah kisah dibawah pimpinan H.B.Jassin. kalau angkatan pujangga baru dimotori Sutan Takdir dan angkatan 45 terkenal dengan Chairil Anwar, nama sastrawan yang begitu cemerlang pada masa ini adalah ayip rosidi tokoh  potensial yang sangat produktif.
Situasi sosial politik yang keras ikut pula terpantul dalam beberapa karya generasi ini seperti karya Muhammmad Ali dan AA.Navis nostalgia perang ditulis oleh Trisno Yuwono dan Nugroho Notosusanto. Dalam massa ini kemunculan cerita pendek dan sajak terasa sangat mengembirakan, lebih banyak dari pada novel dan roman.
Nama nama yang banyak sekali kita jumpai dalam massa ini umumnya terus menciptakan, melaju terus hingga 15 tahun atau lebih dari puncak kreatvitas mereka di awal awal tahun 50-an wajar jika nama nama mereka di jumpai dalam buku bunga rampai angkatan 66, prosa, puisi susunan H.B. jassin atau laut biru susunan ayip rosidi yang juga memuat pada sastra angkatan 80-an. Pada tahun 1953 boleh dikatakan timbul suatu generasi pengarang baru oleh Ayip rasidi disebut “angkatan terbaru”.
Pada pendekatan 90-an Rendra yang mulai berkiprah sejak remaja SMA pada dekade 50-an dengan kumpulan sajak serta balada orang orang tercinta masih menulis naskah dan menerbitkan karya karya kumpulan puisi di sebabkan oleh angin dan orang orang rangkasbitung, balada perjalanan bu Aminah. Dalam novel dan cerita pendek, periode sebelum 1966 tidak di tandai oleh perkembangan baru. Teeuw memperkirakan bahwa kondisi semacam ini di sebabkan oleh keadaan politik yang mengakibatkan isolasi kesusastraan sehingga rangsangan dari luar sama sekali tidak ada. Keadaan ini amat berbeda dengan apa yang kita lihat pada tahun 1945 dan setelah 1966 (1967:15). Tetapi ini bukan berarti dalam kurun waktu itu tidak di terbitkan hasil sastra yang menarik. Nh.Dini dan Ayip Rosidi menulis sejumlah sejumlah novel dan kumpulan cerpen.


Pada tahun 1950 didirikan lekra (lembaga kebudayaan dalam naungan PKI . sebagain penyambung lidah partai tidak terlalu menyolok, tetapi setelah januari 1959 yaitu waktu konggres nasional lekra yang pertama prganisasi: ini menjadi lebih agresif terhadap seniman yang berbeda haluan yang satu demi satu di singkirkan dari kegiatan kesatraan. Sikap ini sejalan dengan pertumbuhan pengaruh PKI dalam percaturan politik.
Tekanan lekra terhadap kebebasan kehidupan kesusastran setelah 1959 menjadi semakin keras, sampai akhirnya menimbulkan reaksi dalam bentuk pernyataana bersama pengarang nonlekra yang disebut manifes kebudayaan yang di muat dalam surat kabar berita republik tanggal 19 maret 1963 dan majalah sastra jilid 3 edisi 9 dan 10.
Isinya ialah bahwa para pencetusnya mengakui pancasila senagai dasar filsapat kebudayaan indonesia. Di samping itu penandatanganan manifes kebudayaan menekankan pencintaan seni sebagai suatu tujuan yang mulia. Dua belas penulis yang menandatangani manifes kebudayaan ialah wiratmo sukito, H.B. Jassin, Trisno Sumarjo,Zaini, Bokor Hutasuhut,Gunawan Mohamad, Bur Rasuanto,Soe Hok Jin, D.S. Mulyanto Ras Siregar, Jufri Tanisan dan A.Bastari Asin.
Pada tanggal 8 mei 1964 manifes kebudayaan di larang oleh presiden Sukarno setelah itu sampai 1965 para manifes kebudayaan di indonesia dan di anggap sebagai subversif. Analisis yang lebih mendalam tentang peristiwa satra politik yang amat menarik tentang lekra telah di buat oleh Yahja Islail (1972), HMJ maier (1974) dan foulcher (1969).
Sastra dekade 50-an Memantulkan kehidupan masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-awal masa kemerdekaan. Disebut juga Generasi Kisah (nama majalah sastra). Di masa ini sastra Indonesia sedang mengalami booming cerpen. Juga marak karya-karya teater dengan tokohnya Motenggo Boesye, Muhammad Ali Maricar, W.S. Rendra (sekarang Rendra saja). Mulai tumbuh sarasehan-sarasehan sastra terutama di kampus-kampus.
 
B.     Ciri-ciri Angkatan 50-an
·         Memantulkan kehidupa masyarakat yang masih terus berjuang masa awal kemerdekaan.
·         karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, sastra.
a.      ciri struktur estetik
puisi :
·         gaya epik (bercerita) berkembang dengan berkembngnya puisi cerita dan balada, dengan gaya yang lebih sederhana dari puisi lirik.
·         gaya mantra mulai tampak balada-balada
·         gaya ulangan mulai pada berkembang (meskipun sudah dimulai oleh angkatan 45)
·         gaya puisi liris pada umumnya masih meneruskan karya gaya angkatan 45.
·         gaya slogan dan retorik makin berkembang.
Prosa :
·         Dalam hal prosa, rupa-rupanya cirri-ciri struktur estetik angkatan 45 masih tetap diteruskan oleh periode 50 ini hingga pada dasarnya tak ada perbedaan cirri struktur estetik prosa ini baru tampak jelas dalam periode 70.
·         Hanya saja pernah dikatakan bahwa gaya bercerita pada periode angkatan 50 ini adalah gaya murni bercerita, dalam arti, gaya bercerita hanya menajikan cerita saja, tanpa menyisipkan komentar, pikiran-pikiran sendiri, atau pandangan-pandangan semuanya itu melebur dalam cerita seperti puisi imajisme yang hanya menyajikan imaj-imaji berupa lukian atau gambaran, sedangka pikiran, tema, kesimpulan, terserah pada pembaca bagaimana menafsirkannya. Inilah yang merupakan perbedaan pokok dengan cerita rekaan angkatan 45 misalnya jelas seperti cerpen-cerpen Subagio Sastrowardojo, Trisnojuwono, dan Umar Kayam. Dengan hanya disajikannya cerita murni ini, maka alur menjadi padat.

b.      ciri-ciri ekstra estetik
puisi :
·         ada gambaran suasana muram karena menggambarkan hidup yang penuh penderitaan.
·         mengungkapkan masalah-masalah social, kemiskinan, pengangguran, perbedaan kaya miskin yang besar, belum adanya pemerataan hidup
·         banyak mengemukakan cerita-cerita dan kepercayaan rakyat sebagai pokok-pokok sajak balada.
prosa
:
·         cerita perang mulai berkurang
·         menggambarkan kehidupan sehari-sehari
·         kehidupan pedesaan dan daerah mulai digarap seperti tampak dalam novel Toha Mochtar pulang, Bokor Hutasuhut : Penakluk Ujung Dunia, dan cerpen-cerpen Bastari Asnin : Di Tengah Padang dan cerpen-cerpen Bastari Asnin Di Tengah Padang dan cerpen-cerpen Yusah Ananda
·         banyak mengemukakan pertentangan-pertentangan politik. Visi-misi dari angkatan 50 ini adalh .Memantulkan kehidupan masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-awal masa kemerdekaan lewat karya sastra. Menghadirkan karya sastra Indonesia dengan menggunakan bahan dari sastra dan kebudayaan Indonesia sendiri.

C.    Tujuan dan Manfaat Generasi Kisah
Khusus menerbitkan generasi kisah/cerita pendek, tujuannya untuk menerbitkan generasi kisah karena pada tahun 45 kurang ada wadah untuk menerbitkan. Bermanfaat untuk menampung karya pada generasi kisah.

D.    Contoh Sastra Angkatan 50-an
ADA TILGRAM TIBA SENJA
W.S. RENDRA

Ada tilgram tiba senja
Dari pusar kota yang gila
Disemat di dada Bunda.
(BUNDA LETIHKU TANDAS KE TULANG
ANAKDA KEMBALI PULANG)
Kapuk randu! Kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermekaean.

Dulu ketika pamit mengembara
Kuberi ia kuda bapanya
Berwarna sawo muda
Cepat larinya
Jauh perginya.

Dulu masanya rontok asam jawa
Untuk apa kurontokkan air mata.?
Cepat larinya
Jauh perginya.

Lelaki yang kuat biarlah menuruti darahnya
Menghunjam ke rimb dan pusar kota
Tinggal Bunda di rumah menepuki dada
Melepas hari tua, melepas doa-doa
Cepat larinya
Jauh perginya.

Elang yang gugur tergelatak
Elang yang gugur terrebah
Satu harapku pada anak
Ingat’kan pulang panila lelah

Kecilnya dulu meremasi susuku
Kini letih pulang ke ibu
Hartiku tersedu
Hatiku tersedu.

Bunga randu! Bunga randu!
Anakku lanang kembli kupangku.

Darah, o, darah
Ia pun lelah
Dan mengerti artinya rumah.

Rumah mungil berjendela dua
Serta bunga di abndulnya
Bukankah itu mesra?

Ada podang pulang ke sarang
Tembangnya panjang berulang-ulang,
Pulang, ya pulang, hai petualang!

Ketapang. Ketapang yang kembang
Berumpun di perigi tua
Anankku datang anankku pulang
Kembali kucium, kembali kuriba
(Ballada orang-orang tercinta, 1959 : 26-27)

  

E.     Satrawan Sastrawan Generasi Kisah/Dekade 50-An
Di bawah ini dideretkan beberapa nama aktivis generasi kisah berikut karya mereka:
1.      Ayip Rosid dilahirkan di Jatiwangi, Cirebon,31 Januari 1938, yang menjadi profesor tamu pada osaka Gaidai Jepang, untuk mengajarkan Ideonesionologi. Sejak usia 13 tahun sudah memimpin majalah sekolah, usia 16 tahun menerbitkan buku. Ia pernah menjadi redaktur majalah suluh pelajar, prosa, majalah sunda, budaya jaya, direktur penerbit cupumanik dan duta rakyat. Ditulisnya kumpulan kumpulan sanjak pesta (1956), cari muatan (1959): surat  cinta enday Rosidin (1960), Jeram (1970),Antologi cerven dan novelet tahun tahun kematian (1955).
Pada  pasca G 30S/PKI, Ayip Rosidi antara lain menulis: ular dan kabut (kumpulan puisi, 1973), sajak sajak anak matahari (kumpulan puisi 1973), tanah air (roman,1979). Pada sekitar  awal dekade 90an Ayip Rosidi memelopori pemberian hadiah satra rancage khusus di berikan kepada sastrawan –sastrawati yang di anggap berprestasi luar biasa dalam sastra. Pada tahun 2000 Ayip menerima bintang jasa order of the secred treasure gold ray with neck ribbon pemerintah Jepang.
2.      Muchtar lubis dilahirkan di padang ,7 maret 1922, meninggal di Jakarta ,2 juli 2004, menulis novel terkenal berjudul jalan tak ada ujung (1952), kumpulan cerpen si jamal dan cerita cerita lain (1951) dan perempuan (1956).
Di samping terkenal sebagai pengarang, mocthar Lubis juga tersohor sebagai wartawan yang pernah memimpin surat kabar indonesia raya. Ia pernah meraih roman magsaysay untuk karya jurnalistik ketika meliput perang korea Yacob GRutama dari kompas menjulukinya sebagai wartawan jihad karena kegigihannya memperjuangkan hak asasi manusia. pada tahun 1993 ia menerima  hadiah satra chairil Anwar. Selain menulis karya sastra ia juga menulis buku ilmiah berjudul manusia indonesia (1977) dan transformasi budaya untuk masa depan. Pengalamannya dalam tahanan zaman orde lama menghilhaminya menulis buku tebal catatan subversif. karya karya yang lain: catatan perang korea (1951), teknik mengarang (1951), teknik mengarang Skenario film (1952) indonesia di mata dunia (1955), harta karun (cernak,1964), penyamun dalam rimba (1972).


3.      Toto Sudarto Bachtiar, di lahirkan di cerebon, 12 oktober 1929. penyair ini menulis kumpulan sajak suara (1956),Etsa(1958). Toto sudarto menerjemahkan novel karya Leo Tolstoy berjudul hati yang bahagia, drama sanyasi (karya tagore (1979), pelacur (karya J.P.Sartre 1954), novel bayangan memudar karya Breton de nijs, (1975), pertempuran penghabisan (karya ERnets Hemingway (1974).
4.      Tohar muchtar, di lahirkan dikediri, 17 september 1926, meninggal di jakarta, 19 mei 1992. Novelisnya juga  pelukis ini adalah pemenang lomba menulis novel berjudul pulang (1958). Juga di tulis novel daerah tidak bertuan(1963), juga di tulisnya buku berjudul jayamada (bersama Sukanto S.A.(1971), serta kumpulan  cerpen antara wilis dan gunung kelud(1989).
5.      Utuy Tatang Sontani, di lahirkan di Cianjur, 31 mei(1920),meninggal di moskwa 17 september 1979. Ia merintis karir sejak zaman jepang dan berhasil menciptakan tambera Roman (1949), suling (drama,1948 dan bunga rumah makan (1948), awal dan mira (1952), manusia iseng (1953), Utuy juga menulis drama drama propoganda politiknya lekra sikampeng (1969),serta sebuah kritik sosial yang tajam dalam drama selamat jalan anak kufur(1956).
6.      Sitor Simatupang, di lahirkan di tapanuli, 2 oktober 1924. Penyair ini menulis kumpulan sanjak kertas hijau(1953), ia juga menulis jalan mutiara( drama 1954) pertempuran dan salju di paris (1956) dan pangeran keduanya kumpulan cerpen. sekeluar dari enam tahun penahan rezim orde Baru karena menjadi ketua LKN milik PNI yang dekat dengan lekra PKI, Sitor menulis sanjak Dinding waktu dan 1976, peta perjalanan 1976 dan danau toba 1981.
Di samping sebagai penyair yang banyak menulis sanjak sanjak tentang alam sitor pernah pernah menjadi redaktur harian suara nasional, waspada, berita nasional, warta dunia, pernah pula menjadi dosen ATNI, anggota dewan perancang nasional,
7.      Kirjomulyo, dilahirkan di yogya 1930 meninggal disana 19 januari 2000. Ia terkenal dengan romance perjalanan 1955. Ia juga penulis lakon Nona Maryam 1955, pengalir kapur 1957, puisi rumah bambu, dusta yang manis, puisi di langit merah serta novel cahaya di mataEmi 1968 dan di saat rambut terurai 1968 serta dari lembah pualam.

8.      A.A.Navis, di lahirkan Padang panjang, sumatra barat 17 november 1924,pengarang alumni pengurusan INS kayutanam ini pernah menjadi pemred harian semangat Padang, anggota DPRD sumatra barat, ketua yayasan INS kayu tanam. Ia terkenal sebagai pengarang kumpulan cerpen robohnya surau kami (1956). Kumpulan cerpen lainnya bianglala 1963 dan hujan panas 1964.
9.      Muhammad Ali, di dilahirkan di surabaya 23 april 1927 meninggal di kota yang sama 2 juni 1998, pengarang ini banyak menulis cerpen atau lakon dengan tema para papa. Terkenal dengan dramanya lapar, hitam atas putih 1959 berisi cerpen, sanjak, sandiwara, novelet noveletnya antara lain lima tragedi 1952. Pada pasa 70-an terbit kumpulan cerpennya buku harian seorang penganggur 1972, puitisasi terjemahan al qur’an, sanjak muhammad. Muhammad Ali yang banyak mengarang tema tema kerakyatan juga menulis cerpen ajal, bejo, ia juga menulis buku kumpulan makalah berjudul biarkan bicara dan sastra dan manusia 1986, juga ditulisnya buku buku aktor dan aktris 1981, teknik penghayatan puisi 1983, kumcerpen gerhana 1996.
10.  Nasyah jamin, dia, 24 lahirkan di Perbaungan Sumatra Utara 24 desember 1924, meninggal di Yogyakarta,4 Desember 1994. pengarang yang juga pelukis ini menulis drama sekelumit nyanyian sunda1962. Nasyah yang cukup dekat Chairil Anwar, menulis buku hari hari terakhir sang penyair 1962 semacam biografipelopor angkatan 45. Nasyah Jamin juga pernah memperdalam art and setting di Tokyo menjadi redaktur majalah budaya, pendiri angkatan seni rupa indonesia, gabungan pelukis Indonesia.
11.  Riyono pratikto, dilahirkan di Ambarawa, 27 Agustus 1932, mengarang kumpulan cerpen Api dan cerpen lain 1951 dan sirangka dan cerpen lain 1958. Di horison tahun 1986 di muat cerpennya dalam kereta api perjalanan hidup. Cerpen melalui biola di nilai terbaik oleh majalah kisah tahun 1954. Buku terjemahannya keempat puluh satunya (karya boris lavrenyov (1983).
12.  Ali Auda, di lahirkan di bondowoso, 14 juli 1924. Pengarang ini lebih terkenal sebagai penerjemah sastra arab, kumpulan cerpennya malam bimbang 1961 terjemahan terjemahan suasana bergema 1959, peluru dan asap 1963, di bawah jembatan gantung 1983, sejarah hidup muhammad (karya heikal), lampu minyak ibu Hasyim (novel yahya hakiki, 1976).

13.  Nugroho Notosusanto, dilahirkan di Rembang, 15 Juli 1931, meninggal di Jakarta, 3 Juni 1985. Pengarang yang pernah menjabad mendikbud RI dan Rektor UI ini menulis kumpulan cerpen tiga kota 1959, rasa sayange 1961, hujan kepagian 1958. Buku buku nonfiksi yang di tulisnya sejarah kemerdekaan indonesia,30b tahun indonesia merdeka, wawasan almamater.
14.  Trisno Yuwono, di lahirkan di Yogyakarta, meninggal di Bandung, 24 Oktober 1996. Pengarang yang juga penerjun dan pernah menjadi anggota tentara rakyat mataram, korps mahasiswa Magelang  dan Jombang redaktur koran pikiran rakyat ini menulis kumpulan cerpen laki laki dan mesiu 1957, novel di bawah kawat berduri 1961, kumpulan cerpen angin laut 1958 dan kisah kisah revolusi 1963 serta toman bulan madu 1962.
15.  Motenggo Boesye, dilahirkan di kupang kota, lampung, 21 november 1937, meninggal di Jakarta, 18 Juni 1999. pengarang yang juga pelukis dan dramawan ini tetap aktif menulis hingga akhir hayatnya. karya karyanya yang berbentuk drama malam jahanam 1958, badai sampai sore 1962, nyonya dan nyonya 1963 dan novel dia musuh keluarga 1968. Ternyata Motenggo Boesyo juga seorang penyair buku kumpulan puisinya dengan sufisme yang kental berjudul Aurora para aulia.
16.  Iwan Simatupang, dilahirkan di Sibolga, Sumatra Utara, 18 Juni 1928, meninggal di Jakarta, 4 Agustus 1970, terkenal dengan karya karyanya yang absurdd, penuh pemikiran inkonvensional, menyimpang dari logika biasa. Karya karya Iwan Imatupang drama bulan bujur sangkar 1960, petang di tanam 1966, cerpen lebih hitam dari hitam, kumpulan cerpen tegak lurus dengan langit 1982, novel novel yang sangat terkenal dan dan di jadikan tolak ukur kualitas sastra absurdd indonesia: kering 1972, merahnya merah 1968, ziarah 1969, koong 1975 Iwan memperoleh SEA Award dengan novel Ziarah-nya.
17.  S.Rukiah, dilahirkan di Purwakarta, 25 April 1927. Sastra wati ini menulis kejatuhan dan hati 1950, tandus (kumpulan puisi 1952), kisah perjalanan si Apin: jaka tingkir 1962, teuku hasan johan pahlawan 1957, dongeng dongeng kutilang 1962, tanam sanjak si kecil 1959.
18.  N.H.Dini, dilahirkan di semarang, 29 september 1936 masih aktif hingga kini. Pengarang wanita ini menulis kumcerpen dua dunia1956, roman hati yang damai 1961 namaku Hiroko novel 1977, kreativitas justru menonjol pada tahun tahun 70-an ke atas, novel yang bejudul pertemuan dua hati yang mengisahkan perjuangan bu Suci, seorang guru SD dalam membimbing Waskito muritnya yang berkepribadian sulit, karya karya Dini yang lain :dipondok salju cerpen runnerup majalah sastra 1963,panggilan dharma seorang bikku1997, tanah baru tanah air kedua 1997, kemayoran 2000, jepun negerinya hiroko 2000.
19.  Rendra, dilahirkan di solo, 7 november 1935. Penyair dan dramawan ini dulu lebih dikenal dengan nama W.S.Rendra (Willibordus surendra). Setelah beragama islam, penyair burung  merak  ini menjadi wahyu Sulaiman  Rendra, dikenal sebagai pembaca sanjak termahal didunia (3 juta di TIM, Bandung,Semarang, 12 juta di senayan (dekade 90 an) karya karyanya:empat kumpulan sanjak terdiri dari kawin kawin, malam stanza, nyanyian dari jalanan, sanjak sanjak dari dua belas perak, kumpulan puisi balada orang orang tercinta 1956.

F.     Sastra Priode ‘66/Manifes Kebudayaan
            penamaan angkatan dalam bidang kesusatraan diberikan oleh H.B. Jassin, istilah angkatan 66 sebenarnya diilhami oleh peristiwa politik: kebangktikan generasi muda yang dipolopori KAMI-KAPPI dalam menumbangkan Orde Lama, beberapa bulan setelah meletusnya kudeta G 3 S/PKI yang gagal itu.
            Gagasan tentang Angkatan 66 ini menurut Pradopo (1968) kurang kuat.  Kebangkitan  sastra tahun 1966 tidak dilandasi oleh filsafat dan landasan  budaya yang kuat, sebaliknya landasanya hanya factor politik. Menurut pakar sastra dari UGM itu, yang berhak mendapat sebutan angkatan hanya angkatan Balai Pustaka, Angkatan Pujangga Baru,  dan Angkatan 45. Karena itu, seirama dengan pendapat pradopo, umtuk sastra tahun 1966 dan sesudahnya disebut priode.
            Dalam Manifes kebudayaan dirumuskan bahwa kebudayaan, termasuk didalamnya kesusastraan, merupakan perjuangan untuk menyempurnakan kondisi hidup manusia. Ia merupakan suatu kubu sastra yang menjunjung tinggi kebebasan kreatif dan menciptakan untuk keluhuran kemanusiaan secara universal, semacam pertandingan Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) nya PKI, yang giat mencipta sebagai propaganda politik dan pelaksanaan program partai.
Sastra Angkatan ’66 Menegakkan keadilan dan kebenaran berdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme dan kediktatoran,  bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dan PKI. Sastra Angkatan ’66 berobsesi menjadi Pancasilais sejati. Yang paling terkenal adalah “Tirani” dan “Benteng” antologi puisi Taufiq Ismail. Hampir seluruh tokohnya adalah pendukung utama Manifes Kebudayaan  yamng sempat berseteru dengan LEKRA.

G.    Ciri-ciri Angkatan 66
·         Karyanya bernada keadilan
·         Kembali ke filsafat pancasila
·         Penindasan hak azasi manusia
·         Pengaruh politik masa itu

H.    Para Pengarang Dan Penyair Angkatan ’66:
1.      Taufiq Ismail, dilahirkan di Bukit tinggi, 25 juni 1937, lulusan Falkutas Kedokteran hewan UI, redektur  Herison. Penerima Anugrahni dari pemerintah RI tahun 1970 dan sastra ASEAN tahun 1994 ini telah berjasa  besar dalam memasyarakatkan, menembangkan dan mewujudkan sastar Indnesia bersama tokoh-tokoh lain seperti Sutrarji  dan Calzoum Bachri, Agus R. Sarjono, Jaamal D. Rahman dll. Karena jasa-jasanya dan perestasi, universitas negeri Yogyakarta (UNY) memberikan gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang sastra. Penyair ini terkenal dengan kumpulan sanjak Tirani  dan  Benteng, terbit tahun 1966.
2.      Bur Rasuanto, dilahirkan di Palembang, 6 April 1937, adalah pengarang, penyair, waratwan. ia menulis kumpulan cerpen Bumi yang Berpeluh (1963) dan Mereka Akan Bangkit (1963). Bur Rasuanto juga menulis roman  Sang Ayah (1969); Manusia Tanah Air (1969) dan novel  Tuyet (1978).
3.      Goenawan Mohamad, dilahirkan di Banteng 29 Juni 1941. Penyair, wartawan yang sekarang menjadi pimpinan umum majalah Tempo ini termasuk penanda tangan manifest kebudayaan. GM pernah menjadi wartawan Harian KAMMI, anggota DKJ, pimred Express, primer majalah Zaman, redaktur Horison,  anggota badan Sensosr Film. Ia menulis kumpulan sanjak Interlude, Pari kesit (1971); kumpukan esai  Seseorang Penyair Muda Sebagai Si Malinkundangf (1971).
4.      Subagio Sastrawardoyo, dilahirka di medium, 1 Fembruari 1924, meninggal di Jakarta, 18 juli 1995. Penyair, pengarang, esais ini pernah menjadi redaktur Balai Putaka, dosen bahasa Indonesia di Adelaide dosen FS UGM, SESKOAD Bandung, Universitas  Flinders, Australia selatan. Ia menulis kumpulan sanjak shimponi (1957) dll. Kumpulan esai nya berjudul Bakat alam dan  intelektualisme (1972); dll. Antologi puisi Hari dan hara; kumcerpen  Kerjantanan di sumbing 1965).  Cerpennya kejantanan di sumbing dan puisi nya dan kematian makin akrab  meraih penghargaan majalah Kisah dan Horison.
5.      Sapardi Joko Damono, dilahirkan di Solo 20 maret 1940, adalah penyair, esais, dosen, dan Guru Besar FSUI. Ia menulis Duka-Mu Abadi (1969);Mata Pisau (1974); Akwarium (1974) dll. Semuanya kumpulan puisi. Ia juga penerjemah, kumpulan esai.
6.      Titie Said Sadikun, lahir di Bojonegoro, 11 juli 1934. Karya yang terkenal yaitu: Perjuangan dan Hati Perempuan, Jangan Ambil Nyawaku, Lembah Duka, Fatimah yang difilmkan menjadi Budak Nafsu, Rainkarnasi, Langit Hitam Di Atas Ambarawa.
7.      Arifin. C. Noer, lahir di cirebon 10 Maret 1941, karya yang terkenal yaitu: Dalam Langgar, Dalam Langgar Purwadinatan, Telah Datang Ia, Telah Pergi Ia, dll.
8.      Hartoyo Andangjaya, lahir diSolo 4 Juli 1930, karya yang terkenal yaitu: Perempuan-perempuan Perkasa, Rakyat, Sebuah Lok Hitam, Buat Saudara Kandung, dll.
9.      Slamet Sukirnanto, lahir diSolo 3 Mareit1941, karya yang terkenal yaitu: Kidung Putih, Gema Otak Terbanting, Jaket Kuning, Bunga Batu,dll.
10.  Muhammad Diponegoro lahir di Yogya 28 Juni 1928, karya yang terkenal: Ksah Seorang Prajurit,Sirkus, dll
11.  Haryadi Sulaiman Hartowardoyo, lahir di Prambanan 18 Maret 1930 karya yang terkenal yaitu: Orang Buangan, Perjanjian Dengan Maut, dll.
12.  Satyagraha Hurip, lahir di Lamongan 7 April 1934, karya yang terkenal yaitu:  Pada Titik Kulminasi, Tentang Delapan Orang, dll.
13.  Titis Basini PI,  lahir di Magelang 17 Januari 1937, karya yang terkenal yaitu: Rumah Darah, Pelabuhan Hati, Di Bumi Aku Bersua DI Langit Aku Bertemu, Bukan Rumahku,dll.
14.  Bambang Sularto, lahir di Purwarejo 11 September 1934, karya yang terkenal yaitu: Domba-domba Revolusi, Tanpa Nama, Enam Jam Di Jogja, dll.
15.  Jamil Suherman,  lahir di  Surabaya 24 April 1924, karya yang terkenal yaitu: Perjalanan ke Akhirat,  Ummu Kalsum, dll.
16.  Umar Kayam, lahir di Ngawi 30 Maret 1932, karya yang terkenal yaitu: Seribu Kunang-kunang Di Manhattan, Sri Sumarah dan Bawuk,dll.
17.  Budiman S. haryoto, lahir di Solo 5 Desember 1938, karya yang terkenal yaitu: Limabelas Puisi, Sebelum Tidur,dll.
18.  Gerson Poyk, lahir di Pulau Rote Timur 16 Juni 1931, karya yang terkenal yaitu: Sang Guru, Matias Anankari, Surat Cinta Rajagukguk,dll.
19.  Ramadan K.H. lahir di Bandung 15 Maret 1927, karya yang terkrnal yaitu: Priangan Si Jelita, Royan Revolusi, Kemelut Hidup,dll.
20.  Muhammad Saribin Afn,  lahir di Klaten 15 Desember 1936, karya yang terkenal yaitu: Gema Lembah Cahaya, Di Panji Masyarakat, Yang Paling Manis Ialah Kata, dll.
21.  Mansyur Samin, lahir di Batangturo 29 April 1930, karya yang terkenal yaitu: Perlawanan, Tanah Air, dll.
22.  Rahmat Joko Pradopo, lahir di Klaten 3 November 1939, karya yang terkenal yaitu: Matahari Pagi Di Tanah Air, Hutan Bunga Jendela Terbuka,dll. Sebagai ahli sastra Rahmat menulis buku berjudul Pengkajian Puisi,Bahasa Puisi Nyanyi Sunyi dan Deru Campur Deru, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya

I.       Naskah Manifes Kebudayaan
Kami para seniman dan cendekiawan Indonesia dengan ini mengumumkan sebuah Manifes Kebudayaan yang menyatakan pendirian, cita-cita dan politik Kebudayaan Nasional kami.
Bagi kami kebudayaan adalah perjuangan untuk menyempurnakan kondisi hidup manusia. Kami tidak mengutamakan salah satu sektor kebudayaan di atas sektor kebudayaa lain. Setiap sector berjuang bersama-sama untuk kebudayaan itu sesuai dengan kodratnya.
Dalam melaksanakan Kebudayaan Nasional, kami berusaha menciptakan dengan kesungguhan yang sejujur-jujurnya sebagai perjuangan untuk mempertahankan dan mengembangkan martabat diri kami sebagai bangsa Indonesia di tengah masyarakat bangsa-bangsa. Pancasila adalah falsafah kebudayaan kami.
Jakarta, 17 Agustus 1963

KUMPULAN PERTANYAAN
1.      Apa kaitan dekade 50-an dengan angakatan 66?
2.      Apa maksud tekanan lekra dan yang di maksud denga nonlekra?
3.      Jelaskan mengapaa sastrra dekade 50-an harus berjuang di awal-awal kemerdekaan?
4.      Apa manfaatdan tujuan dari generasi kisah ini?
5.      Mengapa kongres nasional lekra yang pertama prganisasi ini harus disingkirkan dari kegiatan kesastraan?


KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Generasi kisah pada waktu itu , majalah yang khusus/memberi peluang sangat luas memuat cerita pendek aialah majalah Kiasah di bawah pimpinan H.B Jassin dan berbeda dengan angkatan sebelumnya dan sesudahnya yang selalu ditandai dengan peristiwa politik atau revolusi kebudayaan, maka generasi kisah ini muncul dalam sejarah sastra tanpa mengibarkan bendera revolusi sastra tertentu dan lebih merupakan potret zaman dari sebuah republic yang baru, yang penuh kecamuk dan pergolakan serta di deretkan bebrapa nama aktivis generasi kisah.
Penamaan angkatan ’66 dalam bidang kesusatraan di berikan oleh H.B. Jassin diilhami oleh peristiwa politik: kebangkitan generasi muda yang dipelopori KAMI-KAPPI dalam menumbangkan orde lama . para pengarang dan penyair angkatan ’66 pada masa manifest kebudayaan mempunyai kesempatan dan dapat berkembang dengan lebih leluasa.

B.     Saran
Para sastrawan/satrawati generasi kedepan bisa menciptakan atau menghasilkan karya-karya sastra yang penuh inspiratif, untuk menerusi generasi kisah atau manifest kebudayaan Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA
Ayip Rosidi. 1988. Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta. PT. BINA AKSARA.
Yant Mujjianto, dkk. 2007. Sejarah Sastra Indonesia . Surakarta: LPP UNS dan UNS.
Yudiono K.S. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Semarang. PT Gramedia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar