GENERASI
KISAH DAN MANIFES KEBUDAYAAN, DEKADE 50-AN DAN ANGKATAN ‘66
Dosen
Pengantar: Muhibul Fahmi. S,Pd., M,Pd
Mata
Kuliah: Sejarah Sastra Indonesia
Tugas
Perbaikan
Nama : Dila Putri Indrias Sari
Nama : Dila Putri Indrias Sari
Kelas
: A-B
NPM : 14020211013
Prodi : Pendidikan Bahasa Dan
Sastra Indonesia
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (YPM) BANGKO KABUPATEN MERANGIN
TAHUN
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terimah kasih dosen pembimbing, yang telah memberikan kami
kepercayaan untuk menyelesaikan makalah tentang
“ generasi kisah dan manifest kebudayaan, decade 50-an dan angkatan 66”.
Semoga makalah yang kami buat dapat memenuhi tugas yang diberikan kepada kami.
Sebagai manusia yang masi banyak kekurangan terutama ilmu
pengetahuan dan pengalaman, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun agar ke depannya kami dapat membuat makalah yang lebih
baik. Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR
ISI
1. Pendahuluan
A. Latar Belakang…………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….2
C. Tujuan…………………………………………………………………...2
2. Pembahasan
A. Generasi Kisah………………………………………………………….3
B. Ciri-Ciri Angkatan 50an………………………………………………..5
C. Tujuan Generasi Kisah…………………………………………………6
D. Contoh Sastra Angkatan 50-an…………………………………………7
E. Sastrawan-sastrawan angkatan/dekade 50-an…………………………..9
F. Sastra
Priode ‘66/Manifes Kebudayaan………………………………13
G. Ciri-Ciri Angkatat 66…………………………………………………..14
H.
Para Pengarang Dan
Penyair Angkatan ’66…………………………..14
I.
Naskah Manifes
Kebudayaan…………………………………………16
3.
Kumpulan Pertanyaan…………………………………………………...17
4.
Kesimpulan dan Saran……………………………………………………18
5.
Daftar pustaka…………………………………………………………….19
1.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Majunya peradaban suatu bangsa dipengaruhi oleh berbagai hal,
diantaranya adalah adanya budaya berupa karya sastra, dalam perkembangan
sejarah sering digunakanya karya sastra sebagai tolok ukur majunya peradaban
suatu bangsa, apabila suatu bangsa memiliki karya sastra yang indah serta
adiluhung, niscaya keberadaan bangsa tersebut akan lebih diakui dan dihargai
sebagai bangsa yang berwibawa, berkepribadian, dan berbudaya.
Karya sastra berkembang sesuai dengan keadaan zaman, maka dari itulah
lahir beberapa angakatan sastrawan yang sesuai pada masanya, karya sastra yang
dilahirkan dapat berisi tentang keadaan sosial, kritik sosial, protes sosial,
atau sebagai sarana sosialisasi dan komunikasi yang efektif, agar masyarakat
dapat menangkap makna dibalik karya sastra tersebut, yang sejatinya merupakan
harapan para sastrawan dalam menciptakan karya sastra tersebut.
Sebagai generasi penerus kita wajib mengetahui,mempelajari dan
selanjutnya melestarikan keberadaan karya sastra tersebut, bahkan menjadikanya
sebagai inspirasi dan penyemangan bagi kita untuk selalu berkarya dalam rangka
memberikan konstribusi bagi kemajuan bangsa dan Negara.
Sastra dekade 50-an Memantulkan kehidupan
masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-awal masa
kemerdekaan. Disebut juga Generasi Kisah (nama majalah sastra). Di masa ini
sastra Indonesia sedang mengalami booming cerpen. Juga marak karya-karya teater
dengan tokohnya Motenggo Boesye, Muhammad Ali Maricar, W.S. Rendra (sekarang
Rendra saja).Mulai tumbuh sarasehan-sarasehan sastra terutama di kampus-kampus.
Dan sastra angkatan ’66 Menegakkan
keadilan dan kebenaran bnerdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme
dan kediktatoran, bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut
menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dasn PKI. Sastra Angkatan ’66
berobsesi menjadi Pancasilais sejati. Yang paling terkenal adalah “Tirani” dan
“Benteng” antologi puisi Taufiq Ismail. Hampir seluruh tokohnya adalah
pendukung utama Manifes Kebudayaan yamng sempat berseteru dengan LEKRA.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang
d maksut generasi kisah?
2. Apa saja nama aktivis generasi kisah/dekade
50-an?
3. Apa yang
di maksut sastra priode ’66?
3. Siapa
saja tokoh sastra angkatan 66?
C. Tujuan
1. untuk
mengetahui generasi kisah dan manifes kebudayaan.
2. untuk
mengetahui tokoh dan karya dekade 50-an dan angkatan ’66.
3. untuk
mengetahui ciri angkatan 50-an dan angkatan ’66.
2.
PEMBAHASAN
A.
Generasi
Kisah
Penyebutan “generasi kisah” bertolak
dari kondisi menyuburnya penciptaan cerita pendek, dan pada waktu itu majalah
yang khusus/ memberi peluang sangat luas memuat cerita pendek ialah majalah
kisah dibawah pimpinan H.B.Jassin. kalau angkatan pujangga baru dimotori Sutan
Takdir dan angkatan 45 terkenal dengan Chairil Anwar, nama sastrawan yang
begitu cemerlang pada masa ini adalah ayip rosidi tokoh potensial yang sangat produktif.
Situasi sosial politik yang keras ikut pula terpantul dalam
beberapa karya generasi ini seperti karya Muhammmad Ali dan AA.Navis nostalgia
perang ditulis oleh Trisno Yuwono dan Nugroho Notosusanto. Dalam massa ini
kemunculan cerita pendek dan sajak terasa sangat mengembirakan, lebih banyak
dari pada novel dan roman.
Nama nama yang banyak sekali kita jumpai
dalam massa ini umumnya terus menciptakan, melaju terus hingga 15 tahun atau
lebih dari puncak kreatvitas mereka di awal awal tahun 50-an wajar jika nama
nama mereka di jumpai dalam buku bunga rampai angkatan 66, prosa, puisi susunan
H.B. jassin atau laut biru susunan ayip rosidi yang juga memuat pada sastra
angkatan 80-an. Pada tahun 1953 boleh dikatakan timbul suatu generasi pengarang
baru oleh Ayip rasidi disebut “angkatan terbaru”.
Pada pendekatan 90-an Rendra yang mulai
berkiprah sejak remaja SMA pada dekade 50-an dengan kumpulan sajak serta balada
orang orang tercinta masih menulis naskah dan menerbitkan karya karya kumpulan
puisi di sebabkan oleh angin dan orang orang rangkasbitung, balada perjalanan
bu Aminah. Dalam novel dan cerita pendek, periode sebelum 1966 tidak di tandai
oleh perkembangan baru. Teeuw memperkirakan bahwa kondisi semacam ini di
sebabkan oleh keadaan politik yang mengakibatkan isolasi kesusastraan sehingga
rangsangan dari luar sama sekali tidak ada. Keadaan ini amat berbeda dengan apa
yang kita lihat pada tahun 1945 dan setelah 1966 (1967:15). Tetapi ini bukan
berarti dalam kurun waktu itu tidak di terbitkan hasil sastra yang menarik.
Nh.Dini dan Ayip Rosidi menulis sejumlah sejumlah novel dan kumpulan cerpen.
Pada tahun 1950 didirikan lekra (lembaga
kebudayaan dalam naungan PKI . sebagain penyambung lidah partai tidak terlalu
menyolok, tetapi setelah januari 1959 yaitu waktu konggres nasional lekra yang
pertama prganisasi: ini menjadi lebih agresif terhadap seniman yang berbeda haluan
yang satu demi satu di singkirkan dari kegiatan kesatraan. Sikap ini sejalan
dengan pertumbuhan pengaruh PKI dalam percaturan politik.
Tekanan lekra terhadap kebebasan
kehidupan kesusastran setelah 1959 menjadi semakin keras, sampai akhirnya
menimbulkan reaksi dalam bentuk pernyataana bersama pengarang nonlekra yang
disebut manifes kebudayaan yang di muat dalam surat kabar berita republik
tanggal 19 maret 1963 dan majalah sastra jilid 3 edisi 9 dan 10.
Isinya ialah bahwa para pencetusnya
mengakui pancasila senagai dasar filsapat kebudayaan indonesia. Di samping itu
penandatanganan manifes kebudayaan menekankan pencintaan seni sebagai suatu
tujuan yang mulia. Dua belas penulis yang menandatangani manifes kebudayaan
ialah wiratmo sukito, H.B. Jassin, Trisno Sumarjo,Zaini, Bokor
Hutasuhut,Gunawan Mohamad, Bur Rasuanto,Soe Hok Jin, D.S. Mulyanto Ras Siregar,
Jufri Tanisan dan A.Bastari Asin.
Pada tanggal 8 mei 1964 manifes
kebudayaan di larang oleh presiden Sukarno setelah itu sampai 1965 para manifes
kebudayaan di indonesia dan di anggap sebagai subversif. Analisis yang lebih
mendalam tentang peristiwa satra politik yang amat menarik tentang lekra telah
di buat oleh Yahja Islail (1972), HMJ maier (1974) dan foulcher (1969).
Sastra dekade 50-an Memantulkan
kehidupan masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-awal
masa kemerdekaan. Disebut juga Generasi Kisah (nama majalah sastra). Di masa
ini sastra Indonesia sedang mengalami booming cerpen. Juga marak karya-karya
teater dengan tokohnya Motenggo Boesye, Muhammad Ali Maricar, W.S. Rendra
(sekarang Rendra saja). Mulai
tumbuh sarasehan-sarasehan sastra terutama di kampus-kampus.
B.
Ciri-ciri Angkatan 50-an
·
Memantulkan
kehidupa masyarakat yang masih terus berjuang masa awal kemerdekaan.
·
karya sastra yang
didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan
sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, sastra.
a. ciri struktur estetik
puisi :
puisi :
·
gaya epik (bercerita)
berkembang dengan berkembngnya puisi cerita dan balada, dengan gaya
yang lebih sederhana dari puisi lirik.
·
gaya mantra mulai
tampak balada-balada
·
gaya ulangan mulai pada
berkembang (meskipun sudah dimulai oleh angkatan 45)
·
gaya puisi liris pada
umumnya masih meneruskan karya gaya angkatan 45.
·
gaya slogan dan retorik
makin berkembang.
Prosa
:
·
Dalam hal prosa,
rupa-rupanya cirri-ciri struktur estetik angkatan 45 masih tetap diteruskan
oleh periode 50 ini hingga pada dasarnya tak ada perbedaan cirri struktur
estetik prosa ini baru tampak jelas dalam periode 70.
·
Hanya saja pernah
dikatakan bahwa gaya bercerita pada periode angkatan 50 ini adalah gaya murni
bercerita, dalam arti, gaya bercerita hanya menajikan cerita saja, tanpa
menyisipkan komentar, pikiran-pikiran sendiri, atau pandangan-pandangan
semuanya itu melebur dalam cerita seperti puisi imajisme yang hanya menyajikan
imaj-imaji berupa lukian atau gambaran, sedangka pikiran, tema, kesimpulan,
terserah pada pembaca bagaimana menafsirkannya. Inilah yang merupakan perbedaan
pokok dengan cerita rekaan angkatan 45 misalnya jelas seperti cerpen-cerpen
Subagio Sastrowardojo, Trisnojuwono, dan Umar Kayam. Dengan hanya disajikannya
cerita murni ini, maka alur menjadi padat.
b. ciri-ciri ekstra
estetik
puisi :
puisi :
·
ada gambaran suasana
muram karena menggambarkan hidup yang penuh penderitaan.
·
mengungkapkan
masalah-masalah social, kemiskinan, pengangguran, perbedaan kaya miskin yang
besar, belum adanya pemerataan hidup
·
banyak mengemukakan
cerita-cerita dan kepercayaan rakyat sebagai pokok-pokok sajak balada.
prosa :
prosa :
·
cerita perang mulai
berkurang
·
menggambarkan kehidupan
sehari-sehari
·
kehidupan pedesaan dan
daerah mulai digarap seperti tampak dalam novel Toha Mochtar pulang, Bokor
Hutasuhut : Penakluk Ujung Dunia, dan cerpen-cerpen Bastari Asnin : Di Tengah
Padang dan cerpen-cerpen Bastari Asnin Di Tengah Padang dan cerpen-cerpen Yusah
Ananda
·
banyak mengemukakan pertentangan-pertentangan
politik. Visi-misi
dari angkatan 50 ini adalh .Memantulkan kehidupan masyarakat yang masih harus
terus berjuang dan berbenah di awal-awal masa kemerdekaan lewat karya sastra.
Menghadirkan karya sastra Indonesia dengan menggunakan bahan dari sastra dan
kebudayaan Indonesia sendiri.
C. Tujuan dan
Manfaat Generasi Kisah
Khusus menerbitkan generasi kisah/cerita pendek, tujuannya untuk
menerbitkan generasi kisah karena pada tahun 45 kurang ada wadah untuk
menerbitkan. Bermanfaat untuk menampung karya pada generasi kisah.
D. Contoh
Sastra Angkatan 50-an
ADA TILGRAM TIBA SENJA
W.S. RENDRA
Ada tilgram tiba senja
Dari pusar kota yang gila
Disemat di dada Bunda.
(BUNDA LETIHKU TANDAS KE TULANG
ANAKDA KEMBALI PULANG)
Kapuk randu! Kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermekaean.
Dulu ketika pamit mengembara
Kuberi ia kuda bapanya
Berwarna sawo muda
Cepat larinya
Jauh perginya.
Dulu masanya rontok asam jawa
Untuk apa kurontokkan air mata.?
Cepat larinya
Jauh perginya.
Lelaki yang kuat biarlah menuruti darahnya
Menghunjam ke rimb dan pusar kota
Tinggal Bunda di rumah menepuki dada
Melepas hari tua, melepas doa-doa
Cepat larinya
Jauh perginya.
Elang yang gugur tergelatak
Elang yang gugur terrebah
Satu harapku pada anak
Ingat’kan pulang panila lelah
Kecilnya dulu meremasi susuku
Kini letih pulang ke ibu
Hartiku tersedu
Hatiku tersedu.
Bunga randu! Bunga randu!
Anakku lanang kembli kupangku.
Darah, o, darah
Ia pun lelah
Dan mengerti artinya rumah.
Rumah mungil berjendela dua
Serta bunga di abndulnya
Bukankah itu mesra?
Ada podang pulang ke sarang
Tembangnya panjang berulang-ulang,
Pulang, ya pulang, hai petualang!
Ketapang. Ketapang yang kembang
Berumpun di perigi tua
Anankku datang anankku pulang
Kembali kucium, kembali kuriba
(Ballada orang-orang tercinta, 1959 : 26-27)
W.S. RENDRA
Ada tilgram tiba senja
Dari pusar kota yang gila
Disemat di dada Bunda.
(BUNDA LETIHKU TANDAS KE TULANG
ANAKDA KEMBALI PULANG)
Kapuk randu! Kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermekaean.
Dulu ketika pamit mengembara
Kuberi ia kuda bapanya
Berwarna sawo muda
Cepat larinya
Jauh perginya.
Dulu masanya rontok asam jawa
Untuk apa kurontokkan air mata.?
Cepat larinya
Jauh perginya.
Lelaki yang kuat biarlah menuruti darahnya
Menghunjam ke rimb dan pusar kota
Tinggal Bunda di rumah menepuki dada
Melepas hari tua, melepas doa-doa
Cepat larinya
Jauh perginya.
Elang yang gugur tergelatak
Elang yang gugur terrebah
Satu harapku pada anak
Ingat’kan pulang panila lelah
Kecilnya dulu meremasi susuku
Kini letih pulang ke ibu
Hartiku tersedu
Hatiku tersedu.
Bunga randu! Bunga randu!
Anakku lanang kembli kupangku.
Darah, o, darah
Ia pun lelah
Dan mengerti artinya rumah.
Rumah mungil berjendela dua
Serta bunga di abndulnya
Bukankah itu mesra?
Ada podang pulang ke sarang
Tembangnya panjang berulang-ulang,
Pulang, ya pulang, hai petualang!
Ketapang. Ketapang yang kembang
Berumpun di perigi tua
Anankku datang anankku pulang
Kembali kucium, kembali kuriba
(Ballada orang-orang tercinta, 1959 : 26-27)
E. Satrawan Sastrawan
Generasi Kisah/Dekade 50-An
Di bawah ini dideretkan beberapa nama
aktivis generasi kisah berikut karya mereka:
1.
Ayip
Rosid dilahirkan di Jatiwangi, Cirebon,31
Januari 1938, yang menjadi profesor tamu pada osaka Gaidai Jepang, untuk
mengajarkan Ideonesionologi. Sejak usia 13 tahun sudah memimpin majalah
sekolah, usia 16 tahun menerbitkan buku. Ia pernah menjadi redaktur majalah
suluh pelajar, prosa, majalah sunda, budaya jaya, direktur penerbit cupumanik
dan duta rakyat. Ditulisnya kumpulan kumpulan sanjak pesta (1956), cari muatan
(1959): surat cinta enday Rosidin
(1960), Jeram (1970),Antologi cerven dan novelet tahun tahun kematian (1955).
Pada
pasca G 30S/PKI, Ayip Rosidi antara lain menulis: ular dan kabut
(kumpulan puisi, 1973), sajak sajak anak matahari (kumpulan puisi 1973), tanah
air (roman,1979). Pada sekitar awal
dekade 90an Ayip Rosidi memelopori pemberian hadiah satra rancage khusus di
berikan kepada sastrawan –sastrawati yang di anggap berprestasi luar biasa
dalam sastra. Pada tahun 2000 Ayip menerima bintang jasa order of the secred
treasure gold ray with neck ribbon pemerintah Jepang.
2.
Muchtar
lubis dilahirkan di padang ,7 maret 1922,
meninggal di Jakarta ,2 juli 2004, menulis novel terkenal berjudul jalan tak
ada ujung (1952), kumpulan cerpen si jamal dan cerita cerita lain (1951) dan
perempuan (1956).
Di samping terkenal sebagai pengarang,
mocthar Lubis juga tersohor sebagai wartawan yang pernah memimpin surat kabar
indonesia raya. Ia pernah meraih roman magsaysay untuk karya jurnalistik ketika
meliput perang korea Yacob GRutama
dari kompas menjulukinya sebagai wartawan jihad karena kegigihannya
memperjuangkan hak asasi manusia. pada tahun 1993 ia menerima hadiah satra chairil Anwar. Selain menulis
karya sastra ia juga menulis buku ilmiah berjudul manusia indonesia (1977) dan
transformasi budaya untuk masa depan. Pengalamannya dalam tahanan zaman orde
lama menghilhaminya menulis buku tebal catatan subversif. karya karya yang
lain: catatan perang korea (1951), teknik mengarang (1951), teknik mengarang
Skenario film (1952) indonesia di mata dunia (1955), harta karun (cernak,1964),
penyamun dalam rimba (1972).
3.
Toto
Sudarto Bachtiar, di lahirkan di cerebon, 12
oktober 1929. penyair ini menulis kumpulan sajak suara (1956),Etsa(1958). Toto
sudarto menerjemahkan novel karya Leo Tolstoy berjudul hati yang bahagia, drama
sanyasi (karya tagore (1979), pelacur (karya J.P.Sartre 1954), novel bayangan
memudar karya Breton de nijs, (1975), pertempuran penghabisan (karya ERnets
Hemingway (1974).
4.
Tohar
muchtar, di lahirkan dikediri, 17 september
1926, meninggal di jakarta, 19 mei 1992. Novelisnya juga pelukis ini adalah pemenang lomba menulis
novel berjudul pulang (1958). Juga di tulis novel daerah tidak bertuan(1963),
juga di tulisnya buku berjudul jayamada (bersama Sukanto S.A.(1971), serta
kumpulan cerpen antara wilis dan gunung
kelud(1989).
5.
Utuy
Tatang Sontani, di lahirkan di Cianjur, 31
mei(1920),meninggal di moskwa 17 september 1979. Ia merintis karir sejak zaman
jepang dan berhasil menciptakan tambera Roman (1949), suling (drama,1948 dan
bunga rumah makan (1948), awal dan mira (1952), manusia iseng (1953), Utuy juga
menulis drama drama propoganda politiknya lekra sikampeng (1969),serta sebuah
kritik sosial yang tajam dalam drama selamat jalan anak kufur(1956).
6.
Sitor
Simatupang, di lahirkan di tapanuli, 2 oktober 1924.
Penyair ini menulis kumpulan sanjak kertas hijau(1953), ia juga menulis jalan
mutiara( drama 1954) pertempuran dan salju di paris (1956) dan pangeran
keduanya kumpulan cerpen. sekeluar dari enam tahun penahan rezim orde Baru
karena menjadi ketua LKN milik PNI yang dekat dengan lekra PKI, Sitor menulis
sanjak Dinding waktu dan 1976, peta perjalanan 1976 dan danau toba 1981.
Di samping sebagai penyair yang banyak
menulis sanjak sanjak tentang alam sitor pernah pernah menjadi redaktur harian
suara nasional, waspada, berita nasional, warta dunia, pernah pula menjadi
dosen ATNI, anggota dewan perancang nasional,
7.
Kirjomulyo,
dilahirkan di yogya 1930 meninggal disana 19 januari
2000. Ia terkenal dengan romance perjalanan 1955. Ia juga penulis lakon Nona
Maryam 1955, pengalir kapur 1957, puisi rumah bambu, dusta yang manis, puisi di
langit merah serta novel cahaya di mataEmi 1968 dan di saat rambut terurai 1968
serta dari lembah pualam.
8.
A.A.Navis,
di lahirkan Padang panjang, sumatra barat 17 november 1924,pengarang alumni
pengurusan INS kayutanam ini pernah menjadi pemred harian semangat Padang,
anggota DPRD sumatra barat, ketua yayasan INS kayu tanam. Ia terkenal sebagai
pengarang kumpulan cerpen robohnya surau kami (1956). Kumpulan cerpen lainnya
bianglala 1963 dan hujan panas 1964.
9.
Muhammad
Ali, di dilahirkan di surabaya 23 april
1927 meninggal di kota yang sama 2 juni 1998, pengarang ini banyak menulis
cerpen atau lakon dengan tema para papa. Terkenal dengan dramanya lapar, hitam
atas putih 1959 berisi cerpen, sanjak, sandiwara, novelet noveletnya antara
lain lima tragedi 1952. Pada pasa 70-an terbit kumpulan cerpennya buku harian
seorang penganggur 1972, puitisasi terjemahan al qur’an, sanjak muhammad.
Muhammad Ali yang banyak mengarang tema tema kerakyatan juga menulis cerpen
ajal, bejo, ia juga menulis buku kumpulan makalah berjudul biarkan bicara dan
sastra dan manusia 1986, juga ditulisnya buku buku aktor dan aktris 1981,
teknik penghayatan puisi 1983, kumcerpen gerhana 1996.
10.
Nasyah
jamin, dia, 24 lahirkan di Perbaungan Sumatra
Utara 24 desember 1924, meninggal di Yogyakarta,4 Desember 1994. pengarang yang
juga pelukis ini menulis drama sekelumit nyanyian sunda1962. Nasyah yang cukup
dekat Chairil Anwar, menulis buku hari hari terakhir sang penyair 1962 semacam
biografipelopor angkatan 45. Nasyah Jamin juga pernah memperdalam art and
setting di Tokyo menjadi redaktur majalah budaya, pendiri angkatan seni rupa
indonesia, gabungan pelukis Indonesia.
11.
Riyono pratikto, dilahirkan
di Ambarawa, 27 Agustus 1932, mengarang kumpulan cerpen Api dan cerpen lain
1951 dan sirangka dan cerpen lain 1958. Di horison tahun 1986 di muat cerpennya
dalam kereta api perjalanan hidup. Cerpen melalui biola di nilai terbaik oleh
majalah kisah tahun 1954. Buku terjemahannya keempat puluh satunya (karya boris
lavrenyov (1983).
12.
Ali
Auda, di lahirkan di bondowoso, 14 juli 1924.
Pengarang ini lebih terkenal sebagai penerjemah sastra arab, kumpulan cerpennya
malam bimbang 1961 terjemahan terjemahan suasana bergema 1959, peluru dan asap
1963, di bawah jembatan gantung 1983, sejarah hidup muhammad (karya heikal),
lampu minyak ibu Hasyim (novel yahya hakiki, 1976).
13.
Nugroho
Notosusanto, dilahirkan di Rembang, 15 Juli 1931,
meninggal di Jakarta, 3 Juni 1985. Pengarang yang pernah menjabad mendikbud RI
dan Rektor UI ini menulis kumpulan cerpen tiga kota 1959, rasa sayange 1961,
hujan kepagian 1958. Buku buku nonfiksi yang di tulisnya sejarah kemerdekaan
indonesia,30b tahun indonesia merdeka, wawasan almamater.
14.
Trisno
Yuwono, di lahirkan di Yogyakarta, meninggal di
Bandung, 24 Oktober 1996. Pengarang yang juga penerjun dan pernah menjadi
anggota tentara rakyat mataram, korps mahasiswa Magelang dan Jombang redaktur koran pikiran rakyat ini
menulis kumpulan cerpen laki laki dan mesiu 1957, novel di bawah kawat berduri
1961, kumpulan cerpen angin laut 1958 dan kisah kisah revolusi 1963 serta toman
bulan madu 1962.
15.
Motenggo
Boesye, dilahirkan di kupang kota, lampung, 21
november 1937, meninggal di Jakarta, 18 Juni 1999. pengarang yang juga pelukis
dan dramawan ini tetap aktif menulis hingga akhir hayatnya. karya karyanya yang
berbentuk drama malam jahanam 1958, badai sampai sore 1962, nyonya dan nyonya
1963 dan novel dia musuh keluarga 1968. Ternyata Motenggo Boesyo juga seorang
penyair buku kumpulan puisinya dengan sufisme yang kental berjudul Aurora para
aulia.
16.
Iwan
Simatupang, dilahirkan di Sibolga, Sumatra Utara,
18 Juni 1928, meninggal di Jakarta, 4 Agustus 1970, terkenal dengan karya
karyanya yang absurdd, penuh pemikiran inkonvensional, menyimpang dari logika
biasa. Karya karya Iwan Imatupang drama bulan bujur sangkar 1960, petang di
tanam 1966, cerpen lebih hitam dari hitam, kumpulan cerpen tegak lurus dengan
langit 1982, novel novel yang sangat terkenal dan dan di jadikan tolak ukur
kualitas sastra absurdd indonesia: kering 1972, merahnya merah 1968, ziarah
1969, koong 1975 Iwan memperoleh SEA Award dengan novel Ziarah-nya.
17.
S.Rukiah,
dilahirkan di Purwakarta, 25 April 1927. Sastra wati
ini menulis kejatuhan dan hati 1950, tandus (kumpulan puisi 1952), kisah
perjalanan si Apin: jaka tingkir 1962, teuku hasan johan pahlawan 1957, dongeng
dongeng kutilang 1962, tanam sanjak si kecil 1959.
18.
N.H.Dini,
dilahirkan di semarang, 29 september 1936 masih
aktif hingga kini. Pengarang wanita ini menulis kumcerpen dua dunia1956, roman
hati yang damai 1961 namaku Hiroko novel 1977, kreativitas justru menonjol pada
tahun tahun 70-an ke atas, novel yang bejudul pertemuan dua hati yang
mengisahkan perjuangan bu Suci, seorang guru SD dalam membimbing Waskito
muritnya yang berkepribadian sulit, karya karya Dini yang lain :dipondok salju
cerpen runnerup majalah sastra 1963,panggilan dharma seorang bikku1997, tanah
baru tanah air kedua 1997, kemayoran 2000, jepun negerinya hiroko 2000.
19.
Rendra,
dilahirkan di solo, 7 november 1935. Penyair dan dramawan ini dulu lebih
dikenal dengan nama W.S.Rendra (Willibordus surendra). Setelah beragama islam,
penyair burung merak ini menjadi wahyu Sulaiman Rendra, dikenal sebagai pembaca sanjak
termahal didunia (3 juta di TIM, Bandung,Semarang, 12 juta di senayan (dekade
90 an) karya karyanya:empat kumpulan sanjak terdiri dari kawin kawin, malam
stanza, nyanyian dari jalanan, sanjak sanjak dari dua belas perak, kumpulan
puisi balada orang orang tercinta 1956.
F.
Sastra
Priode ‘66/Manifes Kebudayaan
penamaan
angkatan dalam bidang kesusatraan diberikan oleh H.B. Jassin, istilah angkatan
66 sebenarnya diilhami oleh
peristiwa politik: kebangktikan generasi muda yang dipolopori KAMI-KAPPI dalam
menumbangkan Orde Lama, beberapa bulan setelah meletusnya kudeta G 3 S/PKI yang
gagal itu.
Gagasan
tentang Angkatan 66 ini menurut Pradopo (1968) kurang kuat. Kebangkitan
sastra tahun 1966 tidak dilandasi oleh filsafat dan landasan budaya yang kuat, sebaliknya landasanya hanya
factor politik. Menurut pakar sastra dari UGM itu, yang berhak mendapat sebutan
angkatan hanya angkatan Balai Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, dan Angkatan 45. Karena itu, seirama dengan
pendapat pradopo, umtuk sastra tahun 1966 dan sesudahnya disebut priode.
Dalam
Manifes kebudayaan dirumuskan bahwa kebudayaan, termasuk didalamnya
kesusastraan, merupakan perjuangan untuk menyempurnakan kondisi hidup manusia.
Ia merupakan suatu kubu sastra yang menjunjung tinggi kebebasan kreatif dan
menciptakan untuk keluhuran kemanusiaan secara universal, semacam pertandingan
Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) nya PKI, yang giat mencipta sebagai
propaganda politik dan pelaksanaan program partai.
Sastra Angkatan ’66 Menegakkan
keadilan dan kebenaran berdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme
dan kediktatoran, bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut
menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dan PKI. Sastra Angkatan ’66
berobsesi menjadi Pancasilais sejati. Yang paling terkenal adalah “Tirani” dan
“Benteng” antologi puisi Taufiq Ismail. Hampir seluruh tokohnya adalah
pendukung utama Manifes Kebudayaan yamng sempat berseteru dengan LEKRA.
G. Ciri-ciri
Angkatan 66
·
Karyanya bernada
keadilan
·
Kembali ke
filsafat pancasila
·
Penindasan hak
azasi manusia
·
Pengaruh politik
masa itu
H. Para Pengarang Dan
Penyair Angkatan ’66:
1.
Taufiq
Ismail, dilahirkan di Bukit tinggi, 25 juni
1937, lulusan Falkutas Kedokteran hewan UI, redektur Herison.
Penerima Anugrahni dari pemerintah RI tahun 1970 dan sastra ASEAN tahun 1994
ini telah berjasa besar dalam
memasyarakatkan, menembangkan dan mewujudkan sastar Indnesia bersama
tokoh-tokoh lain seperti Sutrarji dan
Calzoum Bachri, Agus R. Sarjono, Jaamal D. Rahman dll. Karena jasa-jasanya dan
perestasi, universitas negeri Yogyakarta (UNY) memberikan gelar Doktor Honoris
Causa dalam bidang sastra. Penyair ini terkenal dengan kumpulan sanjak Tirani dan Benteng, terbit tahun 1966.
2.
Bur
Rasuanto, dilahirkan di Palembang, 6 April 1937,
adalah pengarang, penyair, waratwan. ia menulis kumpulan cerpen Bumi yang Berpeluh (1963) dan Mereka Akan Bangkit (1963). Bur Rasuanto
juga menulis roman Sang Ayah (1969); Manusia Tanah Air (1969) dan novel Tuyet (1978).
3.
Goenawan
Mohamad, dilahirkan di Banteng 29 Juni 1941.
Penyair, wartawan yang sekarang menjadi pimpinan umum majalah Tempo ini termasuk penanda tangan
manifest kebudayaan. GM pernah menjadi wartawan Harian KAMMI, anggota DKJ,
pimred Express, primer majalah Zaman, redaktur Horison, anggota badan
Sensosr Film. Ia menulis kumpulan sanjak Interlude,
Pari kesit (1971); kumpukan esai Seseorang Penyair Muda Sebagai Si
Malinkundangf (1971).
4.
Subagio
Sastrawardoyo, dilahirka di medium, 1 Fembruari 1924,
meninggal di Jakarta, 18 juli 1995. Penyair, pengarang, esais ini pernah
menjadi redaktur Balai Putaka, dosen
bahasa Indonesia di Adelaide dosen FS UGM, SESKOAD Bandung, Universitas Flinders, Australia selatan. Ia menulis
kumpulan sanjak shimponi (1957) dll.
Kumpulan esai nya berjudul Bakat alam
dan intelektualisme (1972); dll.
Antologi puisi Hari dan hara; kumcerpen
Kerjantanan di sumbing 1965). Cerpennya kejantanan
di sumbing dan puisi nya dan kematian
makin akrab meraih penghargaan
majalah Kisah dan Horison.
5.
Sapardi
Joko Damono, dilahirkan di Solo 20 maret 1940,
adalah penyair, esais, dosen, dan Guru Besar FSUI. Ia menulis Duka-Mu Abadi (1969);Mata Pisau (1974);
Akwarium (1974) dll. Semuanya kumpulan puisi. Ia juga penerjemah, kumpulan
esai.
6.
Titie Said Sadikun, lahir di Bojonegoro, 11 juli 1934.
Karya yang terkenal yaitu: Perjuangan dan
Hati Perempuan, Jangan Ambil Nyawaku, Lembah Duka, Fatimah yang difilmkan
menjadi Budak Nafsu, Rainkarnasi, Langit
Hitam Di Atas Ambarawa.
7.
Arifin. C. Noer, lahir di cirebon 10 Maret 1941,
karya yang terkenal yaitu: Dalam Langgar,
Dalam Langgar Purwadinatan, Telah Datang Ia, Telah Pergi Ia, dll.
8.
Hartoyo Andangjaya, lahir diSolo 4 Juli 1930, karya yang
terkenal yaitu: Perempuan-perempuan
Perkasa, Rakyat, Sebuah Lok Hitam, Buat Saudara Kandung, dll.
9.
Slamet Sukirnanto, lahir diSolo 3 Mareit1941, karya
yang terkenal yaitu: Kidung Putih, Gema
Otak Terbanting, Jaket Kuning, Bunga Batu,dll.
10.
Muhammad Diponegoro lahir di Yogya 28 Juni 1928, karya
yang terkenal: Ksah Seorang
Prajurit,Sirkus, dll
11.
Haryadi Sulaiman Hartowardoyo, lahir di Prambanan 18 Maret 1930
karya yang terkenal yaitu: Orang Buangan,
Perjanjian Dengan Maut, dll.
12.
Satyagraha Hurip, lahir di Lamongan 7 April 1934,
karya yang terkenal yaitu: Pada Titik Kulminasi, Tentang Delapan Orang,
dll.
13.
Titis Basini PI, lahir di Magelang 17 Januari 1937, karya yang
terkenal yaitu: Rumah Darah, Pelabuhan Hati,
Di Bumi Aku Bersua DI Langit Aku Bertemu, Bukan Rumahku,dll.
14.
Bambang Sularto, lahir di Purwarejo 11 September
1934, karya yang terkenal yaitu: Domba-domba
Revolusi, Tanpa Nama, Enam Jam Di Jogja, dll.
15.
Jamil Suherman, lahir di
Surabaya 24 April 1924, karya yang terkenal yaitu: Perjalanan ke Akhirat, Ummu
Kalsum, dll.
16.
Umar Kayam, lahir di Ngawi 30 Maret 1932, karya
yang terkenal yaitu: Seribu Kunang-kunang
Di Manhattan, Sri Sumarah dan Bawuk,dll.
17.
Budiman S. haryoto, lahir di Solo 5 Desember 1938, karya yang terkenal yaitu: Limabelas Puisi, Sebelum Tidur,dll.
18.
Gerson Poyk, lahir di Pulau Rote Timur 16 Juni
1931, karya yang terkenal yaitu: Sang
Guru, Matias Anankari, Surat Cinta Rajagukguk,dll.
19.
Ramadan K.H. lahir di Bandung 15 Maret 1927,
karya yang terkrnal yaitu: Priangan Si
Jelita, Royan Revolusi, Kemelut Hidup,dll.
20.
Muhammad Saribin Afn, lahir di Klaten 15 Desember 1936, karya yang
terkenal yaitu: Gema Lembah Cahaya, Di
Panji Masyarakat, Yang Paling Manis Ialah Kata, dll.
21.
Mansyur Samin, lahir di Batangturo 29 April 1930,
karya yang terkenal yaitu: Perlawanan,
Tanah Air, dll.
22.
Rahmat Joko Pradopo, lahir di Klaten 3 November 1939,
karya yang terkenal yaitu: Matahari Pagi
Di Tanah Air, Hutan Bunga Jendela Terbuka,dll. Sebagai ahli sastra Rahmat
menulis buku berjudul Pengkajian
Puisi,Bahasa Puisi Nyanyi Sunyi dan Deru Campur Deru, Beberapa Teori Sastra,
Metode Kritik dan Penerapannya
I.
Naskah Manifes Kebudayaan
Kami
para seniman dan cendekiawan Indonesia dengan ini mengumumkan sebuah Manifes
Kebudayaan yang menyatakan pendirian, cita-cita dan politik Kebudayaan Nasional
kami.
Bagi
kami kebudayaan adalah perjuangan untuk menyempurnakan kondisi hidup manusia.
Kami tidak mengutamakan salah satu sektor kebudayaan di atas sektor kebudayaa
lain. Setiap sector berjuang bersama-sama untuk kebudayaan itu sesuai dengan
kodratnya.
Dalam
melaksanakan Kebudayaan Nasional, kami berusaha menciptakan dengan kesungguhan
yang sejujur-jujurnya sebagai perjuangan untuk mempertahankan dan mengembangkan
martabat diri kami sebagai bangsa Indonesia di tengah masyarakat bangsa-bangsa. Pancasila adalah falsafah kebudayaan
kami.
Jakarta,
17 Agustus 1963
KUMPULAN PERTANYAAN
1. Apa kaitan dekade
50-an dengan angakatan 66?
2. Apa maksud
tekanan lekra dan yang di maksud denga nonlekra?
3. Jelaskan
mengapaa sastrra dekade 50-an harus berjuang di awal-awal kemerdekaan?
4. Apa
manfaatdan tujuan dari generasi kisah ini?
5. Mengapa
kongres nasional lekra yang pertama prganisasi ini harus disingkirkan dari
kegiatan kesastraan?
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Generasi kisah pada waktu
itu , majalah yang khusus/memberi peluang sangat luas memuat cerita pendek
aialah majalah Kiasah di bawah
pimpinan H.B Jassin dan berbeda dengan angkatan sebelumnya dan sesudahnya yang
selalu ditandai dengan peristiwa politik atau revolusi kebudayaan, maka
generasi kisah ini muncul dalam sejarah sastra tanpa mengibarkan bendera
revolusi sastra tertentu dan lebih merupakan potret zaman dari sebuah republic
yang baru, yang penuh kecamuk dan pergolakan serta di deretkan bebrapa nama
aktivis generasi kisah.
Penamaan angkatan ’66 dalam
bidang kesusatraan di berikan oleh H.B. Jassin diilhami oleh peristiwa politik:
kebangkitan generasi muda yang dipelopori KAMI-KAPPI dalam menumbangkan orde
lama . para pengarang dan penyair angkatan ’66 pada masa manifest kebudayaan
mempunyai kesempatan dan dapat berkembang dengan lebih leluasa.
B.
Saran
Para sastrawan/satrawati
generasi kedepan bisa menciptakan atau menghasilkan karya-karya sastra yang
penuh inspiratif, untuk menerusi generasi kisah atau manifest kebudayaan
Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Ayip
Rosidi. 1988. Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta. PT. BINA AKSARA.
Yant
Mujjianto, dkk. 2007. Sejarah Sastra Indonesia . Surakarta: LPP UNS dan UNS.
Yudiono
K.S. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Semarang. PT Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar